Jumat, 11 Juni 2010
Bymdom, Tinggal kenangan
Pagi itu tak secerah pagi biasanya, ku merasa ada yang berbeda, benar saja sebuah boneka yang biasanya tidak ada di dekat bantalku kini telah menyambut pagiku dengan senyuman semunya. Boneka itu kuberi nama Bymdom, sebenarnya nama itu adalah singkatan dari boneka yang manis dari orang manis. Ricky memberiku boneka itu sesaat setelah ulang tahunku yang ke-14, 4 oktober 2O08 lalu, dia memang bukan teman biasa bagiku, aku tak pernah menganggapnya sahabat, aku tak pernah menganggapnya adik kelasku. Sesaat setelah ku bangun ku masih berfikir tentang sang pemberi boneka tersebut.
”Bangun, bangun!!”
Seperti biasa terdengar suara ibuku membangunkanku untuk segera mandi.
Aku hanya menyahut dengan sahutan lembut tanpa diiringi tindakan bergegas mandi.
Jam menunjukkan pukul 06.30, kubergegas ke kamar mandi, kubergegas bersiap ke sekolah, tanpa pikir panjang langsung ku tancap gas motorku.
Sesampainya di sekolah. “Teng..teng..teng..”
Loncengpun berbunyi. Ku langsung bergabung dengan barisan kelasku.
“Tidak biasanya kamu telat, Lan. Ada apa?”, tanya Siska, teman terdekatku saat itu.
Ku jawab dengan santai, “Tidak ada apa-apa, hanya cari sensasi saja. ”
Sempat ku menoleh ke sebeleh kiri, ku lihat wajah yang sudah tidak asing bagiku, benar saja, itu Ricky. Ia sempat memberi senyuman tipisnya padaku. Senyum itu seakan memberiku sebuah pancaran semangat.
“Teng..Teng..” lonceng tanda masuk kelaspun berbunyi.
Entah apa yang terjadi, teman-temanku memandangiku. Terdengar bisikan dari seorang teman sekelasku, “Kau tampak berbeda hari ini, aku suka kau yang seperti ini, Lan”.
“Lan, kamu berbeda hari ini.” tanya Reni, teman sebangkuku.
“Beda apanya?”
“Swear! Kamu sangat berbeda hari ini, Sepertinya sesuatu telah merubahmu. Hari ini kamu semangat sekali. Ada apa?”, tanyanya penuh penasaran.
Ku hanya menjawab dengan singkat, “, biasa saja.”
Aku sendiri merasa heran, semudah itukah aku berubah?
Lonceng pulang pun berbunyi. Ku bergegas pulang dan sesampainya di rumah ternyata ayah dan ibuku sedang tidak ada di rumah. Tak lama kemudian handphone-ku berdering. Tak salah lagi dugaanku, SMS dari Ricky. “Siang Lan, udah makan siang? Bagaimana kegiatan kamu di sekolah hari ini?”
Huft..tak heran bila ku menganggapnya lebih, ia selalu memberikan perhatian lebih padaku dan ia tak pernah bosan membalas SMS dariku.
Setelah beberapa lama SMS-an, ayah dan ibuku pulang.
”Assalamuallaikum”.
“Waalaikumussalam”
Mereka membelikanku oleh-oleh, makanan kesukaanku, bakso. Seperti biasa aku selalu semangat menerima oleh-oleh itu dan tanpa sadar SMS dari Ricky belum ku balas.
Sesaat setelah ku selesai makan bakso, handphone-ku kembali berdering.
”Kenapa SMS ku tidak dibalas, Lan? Oh ya, hari ini aku bermaksud mengajak kamu jalan-jalan. Apakah kamu mau?”
Membaca SMS itu, aku aku tak tahu apa yang aku rasakan, perasaanku bercampur aduk. Bagaimana aku tigak kaget dan bahagia, sebelumnya ia tak pernah mengajakku pergi jalan-jalan. Selain itu, aku takut tidak bisa memenuhi ajakannya, aku takut mengecewakannya. Aku tak tahu apa yang harus kulakukan. Sebenarnya aku sangat ingin pergi dengannya, tetapi aku yakin ayah dan ibuku tidak akan mengizinkanku pergi.
Aku ragu, apakah aku harus membohongi orang tuaku atau menolak ajakan itu. Entah apa yang mendorongku untuk membalas SMS itu dengan singkat “Aku tidak bisa pergi.”
Tak seperti biasanya, ia tak lagi membalas SMS-ku. Terlintas dalam pikiranku, mungkinkah ia marah? Sesaat setelah pikiran itu terlintas, aku langsung menelponnya, tak hanya sekali dua kali namun ia tak kunjung menjawab teleponku.
Dalam waktu seminggu, aku berusaha menanyakan kabarnya.. Namun semuanya seakan sia-sia, ia tak kunjung merespon. Ku tak pernah merasa segelisah itu sebelumnya. Ku tak tahu apa yang ku rasa, hanya air mata yang tahu semuanya, ia mengalir semaunya. Mungkin aku telah menaruh rasa padanya.
Sebulan lebih ku jalani hari tanpa Sang Pemberi Bymdom. Tak ada lagi sapaan hangat. Semangatku seakan sirna, teman-temanku merasa heran, mereka menganggapku lebih murung dari biasanya.
Tahun barupun tiba, sungguh tak ada ucapan darinya. Seakan sudah terbiasa, ku menanggapinya dengan santai.
“Lan, dengar-dengar Ricky sekarang sudah punya pacar. Benarkah?” tanya Siska padaku.
Mendengar berita itu, aku terkejut. Jantungku berdebar-debar. Aku merasa tidak rela bila dia harus bersama yang lain.
“Kenapa diam?”
Mungkin Siska tidak mengerti apa yang kurasakan saat itu, karena memang aku tidak pernah bercerita tentang hubunganku dengan Ricky sebelumnya.
“Hai! Ada apa?” tanya Siska sambil memegang tanganku.
Ku berusaha untuk tenang. Dan menjawab dengan tenang, ”Baguslah, Ka.”
Ternyata memang benar apa yang dikatakan Siska padaku. Malam itu ku melihat dengan mata kepalaku sendiri. Hatiku perih mengetahui kebenaran berita itu.
Paginya ku bertekad untuk melupakannya dan membuka lembaran baru. Terlintas olehku untuk membakar boneka darinya.
“Yakin, Lan?” tanya Siska padaku sesaat setelah ku bercerita tentang niatku padanya ”Bukankah itu satu-satunya kenangan darinya?.”
“Memang, ini memang satu-satunya kenang-kenangan darinya, tapi aku sangat ingin melupakannya, aku tidak ingin bila dia terus mengusik pikiranku karena adanya boneka ini.” jelasku.
“Coba pikir-pikir lagi, Lan. Jangan gegabah mengambil keputusan.”
“Tak ada lagi yang harus aku pikir, Ka.” sahutku singkat.
Tanpa pikir panjang, ku ambil korek dan ku bakar boneka itu. Ada sedikit perasaan puas di hatiku, namun disisi lain aku merasa menyesall karena tidak ada lagi yang kan menyambut pagiku dengan senyum semu. Pikirku, ah aku tidak peduli, sungguh aku berharap dengan terbakarnya Bymdom, harapanku padanya juga sirna.
Sebulan setelah ku membakar boneka itu, harapan itu tak kunjung jadi kenyataan, ku tak kunjung bisa melupakannya.
“Hai, Lan. Apa kabar?” terdengar suara yang tak asing bagiku.
Aku menoleh, ternyata itu Ricky, orang yang telah menghancurkan harapanku. Mungkin aku bodoh, aku membalas sapaan itu.
“Hai juga. Alhamdulillah baik, Ky” sahutku ”Kamu apa kabar?”
“Aku baik juga, Lan.” sahutnya lembut.
Pertemuan itu seakan membuat hubungan kami lebih baik dari sebelumnya. Rasa sakit yang ku rasa pun seakan hilang entah kemana. Entah apa yang bisa membuatku bisa melupakan rasa sakit hati itu.
Semakin hari hubungan kami semakin baik. Semangatku kembali membara. Wulan yang ceria hadir kembali.
Suatu hari sekolahku mengadakan camping, kegiatan itu diadakan untuk kelas IX dan VII.
Setelah tenda berdiri, kami diperbolehkan istirahat.
“Lan, ada Ricky di luar” kata Welly, salah seorang teman setendaku. Aku segera keluar dan menemui Ricky. Ia mengajakku pergi ke sudut tenda.
“Ada apa, Ky?” tanyaku heran.
“Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan. Langsung saja ya. Begini Lan, sebenarnya sudah lama aku ingin membicarakan hal ini. Aku, aku…”
“Aku apa?” sahutku penuh tanya.
“Aku suka sama kamu, Lan” sahutnya penuh malu ”Apakah kamu mau menjadi pacarku?” Aku terdiam, itu pertama kali aku ditembak. Aku bingung harus bilang apa. Disatu sisi aku juga suka padanya, namun disisi lain aku takut bila disakiti lagi dan juga takut ia akan bertanya tentang keberadaan Bymdom. Entah apa yang membuatku dan perasaanku terdiam saat itu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar